Bagaimana Pakistan menembak jatuh pesawat tempur canggih India menggunakan peralatan buatan China

03 Aug 2025 | Penerbit: radarnalar.site

Bagaimana Pakistan menembak jatuh pesawat tempur canggih India menggunakan peralatan buatan China

RADARNALAR.SITEISLAMABAD/NEW DELHI, 2 Agustus (RadarNalar) – Tepat setelah tengah malam pada 7 Mei, layar di ruang operasi Angkatan Udara Pakistan (PAF) menyala merah menandakan pergerakan puluhan pesawat India melintasi perbatasan.

Zaheer Ahmad Babar Sidhu, Kepala Staf PAF, telah berjaga berhari-hari demi mengantisipasi kemungkinan serangan setelah India menyalahkan Pakistan atas serangan militan yang menewaskan 26 warga sipil di Kashmir.

Meski Pakistan membantah keterlibatan, India meluncurkan serangan udara pada 7 Mei. Sidhu lalu memerintahkan pengaktifan J-10C "Vigorous Dragon" buatan Tiongkok dan menargetkan Dassault Rafale – jet tempur unggulan India.

“Dia menginginkan Rafale,” ujar seorang pejabat PAF.

Sekitar 110 pesawat tempur terlibat, menjadikan ini pertempuran udara terbesar dalam beberapa dekade. Reuters melaporkan bahwa setidaknya satu Rafale ditembak jatuh menggunakan rudal PL-15 dari jarak ±200 km – salah satu serangan udara-ke-udara terjauh yang tercatat.

Kejadian ini mengguncang Dassault Aviation (AM.PA) dan membuat negara seperti Indonesia mempertimbangkan beralih ke J-10.

Namun, para pejabat India menyebut kegagalan intelijen sebagai penyebab utama jatuhnya Rafale, karena mereka meyakini jangkauan PL-15 hanya sekitar 150 km – padahal versi operasionalnya jauh lebih jauh.

"Kami menyergap mereka," ujar seorang pejabat PAF, yang mengklaim perang elektronik digunakan untuk membingungkan sistem India.

Royal United Services Institute (RUSI) menyebut kejadian ini sebagai bukti pentingnya kesadaran situasional dalam peperangan modern. PAF menciptakan “kill chain” atau rantai pembunuh, dengan Data Link 17, sistem komunikasi canggih yang menghubungkan radar, pesawat intai Swedia, dan pesawat tempur secara real-time.

India masih membangun jaringan serupa, namun diversifikasi pengadaan pesawat dari banyak negara membuatnya lebih rumit, kata para pejabat.

“Pemenangnya adalah yang paling tahu apa yang terjadi,” ujar Greg Bagwell, analis pertahanan Inggris.

Setelah kejadian 7 Mei, India mengganti taktik, menargetkan infrastruktur militer Pakistan dan meluncurkan rudal BrahMos ke wilayah lawan. Serangan berlanjut hingga 10 Mei, saat gencatan senjata difasilitasi oleh AS.

Pejabat India menuding Tiongkok memberi “masukan langsung” kepada Pakistan selama konflik – termasuk radar dan satelit. Tiongkok membantah, menyebut kerja sama mereka sebagai hal wajar antar sekutu.

Pada Juli, Kepala AU Tiongkok Wang Gang mengunjungi Pakistan untuk membahas penggunaan efektif “rantai pembunuh” dengan peralatan Tiongkok.


Komentar