RADARNALAR.SITE – WASHINGTON, 20 Agustus 2025 (RadarNalar) – Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) tengah membangun armada drone laut dan udara untuk memperkuat kekuatan militernya menghadapi tantangan dari China di kawasan Indo-Pasifik. Namun, menurut laporan terbaru, proyek ambisius ini tidak berjalan sesuai rencana.
Target Modernisasi Armada
Program pengembangan drone ini dirancang untuk meningkatkan kapabilitas tempur jarak jauh, memperkuat operasi intelijen, serta mengurangi ketergantungan pada kapal perang berawak yang membutuhkan biaya operasional besar. Armada drone diharapkan menjadi bagian integral dalam strategi militer AS di kawasan Asia-Pasifik.
Hambatan dalam Implementasi
Meski mendapat prioritas tinggi, laporan internal menunjukkan proyek drone menghadapi berbagai kendala. Beberapa di antaranya adalah biaya yang membengkak, keterlambatan produksi, serta tantangan teknis dalam integrasi sistem senjata otonom. Beberapa prototipe bahkan dilaporkan gagal memenuhi standar uji coba operasional.
Tantangan Strategis Hadapi China
China disebut terus mempercepat modernisasi militernya, termasuk kapal induk baru, rudal hipersonik, dan kapabilitas drone canggih. Keterlambatan proyek armada drone AS ini dikhawatirkan dapat membuat Washington kehilangan keunggulan di kawasan Indo-Pasifik, terutama di wilayah sengketa seperti Laut China Selatan dan Selat Taiwan.
Reaksi Pentagon
Pejabat Departemen Pertahanan AS mengakui adanya hambatan, namun menegaskan bahwa pengembangan drone tetap menjadi prioritas utama strategi keamanan nasional. Pentagon juga menyebut proyek ini akan terus disesuaikan agar dapat memenuhi kebutuhan medan tempur modern.
Analisis Pengamat Militer
Sejumlah analis menilai kegagalan awal dalam program drone bisa memperlihatkan lemahnya kesiapan AS dalam menghadapi kompetisi teknologi militer dengan China. Namun, ada juga yang menilai bahwa proses ini wajar, mengingat kompleksitas proyek drone skala besar yang melibatkan banyak perusahaan kontraktor pertahanan.