RADARNALAR.SITE – NEW YORK, 20 Agustus 2025 (RadarNalar) – Sebuah iklan terbaru dari merek jam tangan asal Swiss, Swatch, menuai kritik publik dan memicu perdebatan luas tentang strategi pemasaran di era sensitif isu keberagaman. Kontroversi ini menyoroti bagaimana kampanye iklan berisiko dapat menjadi bumerang bagi brand internasional.
Isi Iklan yang Memicu Kritik
Iklan tersebut menampilkan pesan yang dianggap sebagian publik kurang peka terhadap isu keberagaman. Meskipun Swatch sebelumnya dikenal mendukung gerakan inklusivitas, kampanye kali ini dipandang kontradiktif di tengah meningkatnya penolakan terhadap kebijakan diversity, equity, and inclusion (DEI) di sejumlah negara.
Respon Swatch
Dalam pernyataan resminya, Swatch menyebut iklan tersebut bertujuan merayakan keunikan individu dan ekspresi diri. Namun perusahaan juga mengakui adanya “persepsi berbeda” dari publik dan berjanji akan melakukan evaluasi atas strategi komunikasinya.
Reaksi Publik dan Media Sosial
Kontroversi ini cepat menyebar di media sosial, dengan tagar terkait Swatch menjadi tren global. Sebagian netizen mengecam langkah brand tersebut sebagai bentuk eksploitasi isu keberagaman, sementara lainnya menilai kritik berlebihan dapat menghambat kreativitas iklan.
Konteks Politik dan Sosial
Insiden ini muncul di tengah rollback kebijakan keberagaman di berbagai sektor, terutama di Amerika Serikat. Banyak perusahaan kini lebih berhati-hati dalam menampilkan pesan inklusivitas karena khawatir mendapat reaksi balik dari kelompok tertentu.
Analisis Pengamat Pemasaran
Pengamat branding menilai kasus Swatch menunjukkan bagaimana kampanye iklan berisiko tinggi dapat memperkuat eksposur brand namun juga menciptakan krisis reputasi. Strategi komunikasi yang gagal membaca sensitivitas publik bisa menimbulkan kerugian lebih besar daripada manfaat yang dicapai.
Dampak bagi Industri Fashion dan Luxury
Kasus ini diprediksi akan membuat brand lain di sektor fashion dan luxury goods lebih hati-hati dalam menjalankan kampanye bertema keberagaman. Keputusan Swatch selanjutnya akan menjadi indikator bagaimana perusahaan global merespons dinamika sosial yang terus berubah.