RADARNALAR.SITE – GAZA CITY, 26 Agustus 2025 – Serangan udara Israel menghantam sebuah rumah sakit di Gaza City, menewaskan sedikitnya 20 orang termasuk lima jurnalis. Insiden ini memicu kecaman keras dari komunitas internasional dan meningkatkan kekhawatiran atas memburuknya krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Detail Serangan
Menurut laporan otoritas kesehatan Gaza, rudal Israel menghantam kompleks rumah sakit yang tengah dipenuhi pasien dan warga sipil yang mencari perlindungan. Serangan itu menimbulkan kerusakan besar pada gedung utama serta memicu kebakaran di beberapa unit perawatan.
Korban Jiwa Termasuk Jurnalis
Sedikitnya 20 orang dilaporkan tewas, di antaranya pasien, tenaga medis, dan lima jurnalis yang sedang meliput kondisi di rumah sakit. Puluhan lainnya mengalami luka serius, membuat tenaga medis kewalahan menangani lonjakan korban.
Respons Pemerintah Israel
Militer Israel menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan pos komando militan yang disebut beroperasi di dalam kompleks rumah sakit. Namun, klaim ini langsung dibantah oleh pihak berwenang di Gaza, yang menegaskan tidak ada aktivitas militer di dalam fasilitas medis.
Kecaman Internasional
Serangan ini memicu gelombang kecaman global. PBB, Uni Eropa, dan sejumlah organisasi jurnalis internasional menyebut insiden tersebut sebagai pelanggaran serius hukum humaniter internasional. Mereka menuntut investigasi independen serta perlindungan lebih kuat bagi fasilitas medis dan pekerja media di zona konflik.
Situasi Kemanusiaan di Gaza
Rumah sakit di Gaza kini berada di ambang kolaps akibat serangan berulang, kekurangan obat-obatan, serta lonjakan pasien luka perang. Organisasi kemanusiaan memperingatkan bahwa serangan terhadap fasilitas kesehatan dapat mempercepat terjadinya bencana kesehatan publik di wilayah tersebut.
Analisis Pengamat
Pengamat konflik menilai serangan ini dapat semakin memperburuk citra Israel di mata dunia internasional. Selain memperdalam penderitaan warga Gaza, tindakan tersebut juga berisiko memicu ketegangan diplomatik baru dengan sekutu-sekutu Barat yang mulai mendesak dihentikannya operasi militer besar-besaran.